BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap bahasa mempunyai pola persukuan (syllabic patern) yang belum tentu sama dengan bahasa lainnya. Pola persukuan
disini dimaksudkan sebagai suatu urutan berulang dari tempat vocal dan konsonan
yang terdapat pada suku kata dalam bahasa. Berpangkal dari batasan itulah maka
ada yang menyebut pola persukuan itu sebagai pola kanonik atau istilah yang
juga sering dipakai ialah fonotaktik (phonotactics). Fonotaktik dapat diartikan
sebagai urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu bahasa atau pemerian dan
system pengaturannya dalam bidang fonemik.
Fonologi
adalah cabang linguistic yang salah satunya mempelajari seluk beluk suku kata.
Suku kata bisa dihitung dengan melihat jumlah bunyi vocal yang ada dalam kata
itu. Suku kata jika bergabung maka akan membentuk kata yang nantinya memiliki
makna.
1.2
Rumusan masalah
-
Bagaimana menentukan persukuan sabuah kata?
-
Bagaimana pola persukuan dalam Bahasa Bali?
1.3
Tujuan
Makalah ini ditulis dengan harapan agar mampu memmberikan
gambaran kepada para pembaca tentang suku kata dan olah suku kata dalam bahasa
bali. Selain itu juga, sebagai bahan kepustakaan tentang bunyi bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Suku Kata
Setiap kata
yang kita ucapkan pada umumnya dibangun oleh bunyi-bunyi bahasa baik berupa
bunyi vokal, konsonan, maupun berupa bunyi semi konsonan. Kata yang dibangun
tadi dapat terdiri dari satu segmen atau lebih. Didalam kajian fonologi, segmen
tersebut disebut suku. Suku kata merupakan bagian atau unsure pembentuk kata.
Setiap suku paling tidak harus terdiri dari satu bunyi vocal atau merupakan
gabungan antara bunyi vocal dan konsonan. Bunyi vocal didalam suku kata
merupakan puncak penyaringan atau sonority, sedangkan bunyi konsonan bertindak
sebagai lembah suku. Didalam sebuah kata hanya ada sebuah puncak suku dan
puncak ini ditandai dengan bunyi konsonan bisa lebih dari satu jumlahnya. Bunyi
konsonan yang berada didepan bunyi vocal disebut tumpu suku. Sedangkan bunyi
konsonan yang berda dibelakang bunyi vocal disebut koda suku. Jumlah suku
didalam sebuah kata dapat dihitung dengan melihat jumlah bunyi vocal yang ada
dalam kata itu. Dengan demikian, jika ada kata yang berisi tiga buah bunyi
vocal maka dapat ditentukan bahwa kata itu terdiri dari tiga suku kata saja.
Misalnya kata ‘belek’ adalah kata yang terdiri atas dua suku kata yaitu be dan
lek. Masing-masing suku berisi sebuah bunyi vocal, yaitu bunyi E. Dalam
penguraian kata diatas, suku-sukunya ada beberapa hal yang mesti diperhatikan
antara lain:
1. jika
sebuah konsonan diapit dua vocal, maka konsonan tersebut ikut vokal
dibelakangnya.
Contoh:
- Api menjadi a-pi
- Apa menjadi a-pa
- Ida menjadi i-da
- Aji menjadi a-ji
2. Awalan
dan akhiran harus dituliskan tercerai dari kata dasarnya. Contoh:
- Kemargiang
menjadi ke-mar-gi-ang
- Katresnain
menjadi ka-tres-na-in
- Kacritayang
menjadi ka-cri-ta-yang
- Kabukuang
menjadi ka-bu-ku-ang
- Kagedeang
menjadi ka-ge-de-ang
3. Jika
dua konsonan diapit dua vocal maka kedua vocal tersebut harus diceraikan.
Contoh:
-
karya menjadi kar-ya
-
Margi menjadi mar-gi
-
Cihna menjadi cih-na
-
Santi menjadi san-ti
-
Karma menjadi kar-ma
-
Jatma menjadi jat-ma
-
Dharma menjadi dhar-ma
2.1
Pola Suku Kata
Jika jumlah suku dan penentuan suku
pada sebuah kata dapat ditentukan, maka untuk mengetahui pola persukuannya amat
mudah. Pola persukuan diambil dengan merumuskan tiap suku yang ada dalam kata.
Bunyi vokal (disingkat: V) dan bunyi
konsonan (yang disingkat K) serta bunyi semi konsonan (disingkat A1/2 K) akan
menjadi rumusan pola setiap suku. Bunyi konsonan didalam pola persukuan
diberikan rumusan A1/2 K, agar tidak menimbulkan kekaburan didalam persukuan.
Didalam bahasa Bali, ditemukan kata-kata yang setiap sukunya bisa hanya berupa
sebuah bunyi vocal, bunyi vocal dengan bunyi semi konsonan, satu vocal dengan
sebuah bunyi semi konsonan, satu vocal dengan sebuah bunyi konsonan dan sebuah
vokal dengan dua buah bunyi konsonan
berdasarkan ketentuan inilah, maka dalam bahasa bali itemukan beberapa jenis
pola persukuan.
Setiap kata itu disusun dengan suku kata. Sukukata
itupun tersusun oleh fonem-fonem. Sebagai contoh kata /jani/‘sekarang’ disusun
oleh dua suku kata ja dan ni. Bila suku kata ja di
perhatikan ternyata suku kata itu terbentuk dari fonem konsonan /j/, dan fonem
vokal /a/,dengan kata lain suku itu tersusun dengan pola konsonan (K)+vokal
(V). Keseluruhan kata-kata bahasa Bali memiliki pola persukuan yang dapat
dirumuskan dengan enam pola sebagai berikut:
Jenis-jenis pola persukuan itu dapat dilihat
dibawah ini:
a. Suku
kata berpola V, suku kata ini dibangun oleh sebuah bunyi vocal saja sebagai
puncak. artinyasuku kata yang hanya tediri atas vokal saja,
contoh
:
Ø i-nguh‘gelisah’
Ø ma-i‘kemari’
Ø e-
da ‘jangan
Ø dansebagainya.
b. Suku
kata berpola VK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi vocal sebagai puncak dan
sebuah bunyi konsonan sebagai kode. Artinya pola suku kata yang terdiri atas
struktur vokal dan konsonan,
contoh:
Ø in-
tip ‘intip’
Ø am-pik‘serambi’
Ø um-
bah ‘cuci
Ø dansebagainya.
c. Suku
kata berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebagai tumpuan
suku dan sebuha bunyi vocal sebagai puncak. Artinya pola suku kata yang terdiri
atas susunan konsonan dan vokal,
contoh:
Ø ba-wak‘pendek’
Ø ka-
uh ‘barat’
Ø du
-ren‘durian’
Ø pe-
ken ‘pasar’
Ø dansebagainya.
d. Suku
kata yang berpola KVK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan sebagai
tumpu suku, sebuah bunyi vocal, sebagai puncak sebuah bunyi konsonan sebagai
kode suku. Artinya pola suku kata yang terdiri atas konsonan, vocal dan konsonan,
contoh:
Ø bek‘penuh’
Ø ma
- de-rek ‘berderet’
Ø kam-ben‘kain’
Ø war-na
“warna”
Ø dansebagainya
e. Suku
kata yang berpola KKV, suku ini dibangun oleh dua buah bunyi konsonan sebagai
tumpu suku, dan sebuah bunyi vocal sebagai puncak suku. Artinya pola persukuan yang
tersusun atas konsonan, konsonan dan vokal, ini berarti ada gugus pada kata yang bersangkutan,contoh:
Ø ka
- cri-ta ‘diceritakan’
Ø jle-
ma ‘manusia’
Ø pra
- gat ‘selesai’
Ø dansebagainya
f. Suku
kata yang berpola KKVK. Suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan yang
bertindak sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vocal sebagai puncaknya dan sebuah
bunyi konsonan sebagai kode suku. Artinya pola persukuan yang terdiri atas konsonan,
konsonan, vokal dan konsonan. Dalam pola persukuan seperti ini pun terdapat gugus
konsonan pada kata yang dimaksud,
contoh:
Ø ma
-blan-ja‘berbelanja’
Ø pa-sran-ting
‘menggelebir’
Ø pa-glan
- tes‘berserakan’
Ø dan
sebagainya.
Pola
persukuan bahasa Bali dapat dirangkum sebagai berikut.
a. Semua
fonem vocal bahasa Bali yang berjumlah enam buah / a, i, u, e, o, e/ bisa
berdiri sendiri serbagai suku kata.
b. Suku
kata tertutup yang dimulai dengan fonem vokal pada umumnya tertutup oleh
konsonan sengau yang kemudian diikuti oleh konsonan yang sehomorgan, seperti
yang terlihat dalam pola persukuan (VK).
c. Pola
suku kata yang terdiri atas konsonan dan vokal adalah pola yang paling umum
diantara pola suku kata yang lain.
d. Pola
suku kata (I) didepan sangat sedikit ditemukan, sedangkan pola suku kata butir
(a) sampai butir (e) merupakan pola yang umum dan banyak ditemukan dalam bahasa
Bali.
KESIMPULAN
Dari paparan diatas, dapat kami
simpulkan bahwa:
1. Suku
kata merupakan unsur pembentuk suku kata. Bunyi vokal dalam sebuah suku
merupakan puncak kenyaringan atau sonority, sedangkan bunyi konsonan bertindak
sebagai lembah suku.
2. Dalam
bahasa bali, terdapat beberapa jenis pola persukuan atau pola suku kata antara
lain suku berpola V, VK, KV, KVK, KKV, KKVK, A1/2KV, dan KKVKK.
DAFTAR
PUSTAKA
Enzet,
Amien. 1989. Stuktur Pengajaran Tata Bahasa Indonesia Untuk SMTA.
Surabaya. Indah.
Yusuf,
Suhendra. 1998. Fonetik dan Fonologi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Gede
Oka, Gusti Agung. 1983. Tata Bahasa Bali. Pada Sastra. Denpasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar